Menumpahkan Emosi dengan Menulis

Ada begitu banyak emosi yang dapat dirasakan manusia. Bahagia, sedih, marah, sakit hati, kecewa dan perasaan lainnya. Adakalanya setiap loncatan emosi yang dirasakan membutuhkan tempat untuk dicurahkan. Apakah itu dengan bercerita pada sahabat, keluarga, pasangan, atau orang-orang yang rasanya nyaman untuk kita berbagi kisah. Tapi tidak setiap saat mereka bisa memberikan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah kita.

Bagi saya menulis adalah salah satu wadah untuk meluapkan segala perasan itu. Saya bukanlah orang yang mudah berbagi perasaan pada seseorang. Kecuali pasangan sendiri. Namun karena kita adalah peribadi yang bereda, terkadang justru pasanganlah yang memicu ledakan emosi itu datang. Ya wajar lah ujian dalam sebuah rumah tangga. Semoga setiap ujian menjadi penguat cinta pada Sang Pencipta.

Dulu menulis seolah menjadi terapi tersendiri untuk jiwa saya. Tak jarang ketika menemukan ganjalan dihati, saya segera mangambil pena dan menulis di secarik kertas. Saya bebas menuliskan apa saja yang saya rasakan. Seolah menuliskan curahan hati, perasaan ikut ruah melelehkan air mata atau bahkan senyuman-senyuman kecil. Dengan menulis perasaan menjadi lebih lapang. Semua himpitan seakan berkurang. Setelah puas, saya akan menutupnya dengan do’a dan harapan kepada yang menggenggam hati manusia. Terkadang saya malu sendiri dengan apa yang sudah saya tulis den segera meremuk kertas lalu membuangnya.

Tapi itu dulu. Sebelum ada amanah baru yang saya pegang. Amanah menjadi istri, ibu dari bayi, batita dan balita sekaligus seolah menggeser hobi-hobi saya termasuk menulis. Belum lagi ketika deadline di kantor secara beruntun menuntut untuk segera dirampungkan. Oh, betapa rindunya saya untuk bisa menulis lagi.

Bersyukur @nulisyuk hadir dengan tema blog. Seketika saya ingat dengan blog yang sudah lama saya tinggalkan ini. Semoga dengan kelas ini bisa kuisi lagi ruang yang kosong di sini. Setidaknya bisa memaksa saya untuk menari dalam kata-kata lagi. Karena sesuatu untuk yang baik terkadang harus dipaksakan.

Rindu

Aku rindu. Rindu yang teramat sungguh. Rindu yang akhir-akhir ini sering menghampiri. Mengelus naluriku. Menyegarkan kembali kenangan indah bersamamu. Rindu lingkaran cinta kita.

Ingin rasanya mengulangi kembali masa-masa itu. Tapi itu semua tak lagi mungkin karena masing-masing dari kita sudah memilih jalan hidup sendiri-sendiri.

picsart_01-20-10-27-38

P”indah” Itu Indah

Setelah vakum beberapa bulan, tiba-tiba saya ingin nulis lagi di blog yang tak terurus ini. Kalau dilihat dari postingan terakhir, sudah hampir lima bulan saya tidak menulis di sini. Walaupun sebenarnya sekali-sekali masih suka ngintip-ngintip ke blog tetangga :D. Ada keinginan untuk ikutan nulis juga. Tapi tak tau cara menuangkan ide menjadi tulisan yang bermutu. Hehehe…..

sawah Lanjut yuk….